Menu Makan Alia

“Huh, telur dadar lagi, telur dadar lagi, bosan,” keluh Alia ketika ia melihat isi kotak bekalnya. Nasi goreng, telur dadar, selada, irisan tomat dan mentimun. Selama lima hari dalam seminggu, itu menu rutin makan siang Alia. Nasi goreng merupakan makanan favorit Alia. Masalahnya bunda selalu membekalkannya dengan lauk yang sama.

Teman-teman Alia yang bersekolah full day seperti dirinya juga membawa bekal untuk makan siang. Menunya beragam. Tiko, dibekalkan kari ayam, perkedel, beserta tumisan wortel dan buncis. Munah membawa bekal semur ayam dan sop jamur. Fatih membawa bekal udang goreng tepung dan sayur bayam jagung. Teman-teman yang tidak membawa bekal, mereka makan di kantin Bu Ika. Menunya juga banyak dan enak-enak.

Sebenarnya Alia ingin juga membeli makan siang di kantin Bu Ika. Apalagi uang jajannya juga cukup untuk membeli makanan di kantin. Akan tetapi, ia kasihan kepada bunda jika makanan yang disiapkan bunda tidak dihabiskannya. Setiap hari bunda selalu berusaha bangun pagi-pagi sekali. Setelah salat subuh, bunda langsung berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan dan bekal makan siang bagi Alia dan papa.

Sepulang sekolah, Alia mendapati rumah kosong. Papa masih di tempat kerja. Bunda juga tidak terlihat di rumah. Ketika hendak mengambil air untuk minum, Alia mendapati dapur berantakan sekali. Piring, wajan kotor, gelas, mikser, loyang, dan berbagai peralatan memasak lainnya berserakan.

“Apa sih yang dilakukan bunda? Mengapa dapur berantakan begini?” gumam Alia.

Alia agak terkejut ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Alia pun memalingkan wajahnya ke arah orang tersebut.

“Hai Alia!”

Ternyata orang tersebut adalah bunda. Bunda mengenakan celemek. Pipinya belepotan coklat dan tepung. Alia tidak dapat menahan senyum gelinya ketika melihat tampang bunda.

“Ini terjadi ketika bunda mencampurkan tepung dan coklat. Bunda belum terlalu mahir menggunakan mikser. Oleh karena itu, adonan kue terbang sebagian ke arah bunda,” kata bunda memberikan penjelasan.

“Bunda ada-ada saja,” ujar Alia sambil kembali tersenyum geli.

“Jadi sekarang bagaimana bunda? Apa kuenya sudah matang?” tanya Alia penasaran. Ia ingin mencicipi kue buatan bunda. Apalagi selama ini bunda belum pernah memasak kue apa pun.

“Sebentar lagi kuenya siap dihidangkan. Pokoknya kue buatan bunda tidak kalah deh dibandingkan daripada kue-kue buatan chef.” ujar bunda dengan penuh percaya diri.

“Sebentar ya bunda akan mengeluarkan kue buatan bunda dari oven,” Alia terbelalak ketika melihat kue yang disodorkan bunda ke hadapannya. Sebuah bolu coklat. Akan tetapi, bolu coklat itu gosong.

“Maaf ya Alia. Ternyata kuenya gosong. Bunda terlalu lama memanggangnya di oven. Seharusnya empat puluh lima menit saja. Eh, malahan Bunda mengatur pengatur waktunya enam puluh menit,”kata bunda yang disambut dengan senyuman Alia.

“Tidak apa-apa Bunda, Bunda kan sudah berusaha,” kata Alia.

“Sebenarnya Bunda juga megetahui bahwa Kamu bosan memakan masakan bunda yang setiap hari menunya selalu nasi goreng dan telur dadar. Masalahnya bunda hanya dapat memasak itu saja,” kata bunda sambil tersenyum kecut.

“Tadi bunda belajar membuat kue dari internet. Bunda sudah yakin sekali hasil masakan bunda akan bagus, tetapi hasilnya ya begini,” ujar bunda.

“Tetap semangat ya Bunda! Setelah salat Zuhur dan makan siang nanti kita melihat resep-resep lainnya ya Bunda. Kita belajar bersama-sama. Alia pun ingin belajar memasak,” kata Alia menyemangati bundanya.

“Bereslah itu,” sahut bunda yang disambut senyum ceria Alia.

 

Nurhaida

Balai Bahasa Aceh, Rabu, 11 Desember 2019

Tinggalkan balasan!