Cerita dari Patani (3): Minum = Es Batu

“Jadi jangan heran, bila suatu saat berkunjung ke sana, Anda selau disuguhi minuman berisi es, karena minum di Patani berarti minum pakai es.”    

Iklim di Indonesia dengan Thailand Selatan tidaklah jauh berbeda. Sifat dan bentuk alam di Thailand Selatan juga sama seperti Indonesia. Ras dan keturunan masyarakat Patani juga sama persis  dengan orang Indonesia yang ada di semenanjung Sumatra. Makanan, adat dan budaya juga tidak jauh berbeda.

Orang Patani sangat senang berkumpul dan duduk bersama. Jika sudah duduk berkumpul, biasanya berakhir dengan makan bersama. Makanya tidak heran jika banyak warung, kedai makanan, dan kedai minuman di Patani,  mulai dari yang sederhana hingga restoran mewah yang bisa dijumpai di sepanjang jalan di wilayah ibukota.

Ada satu hal yang sangat unik yang saya amati saat makan dan minum di warung makan dan kedai-kedai minuman di  Patani. Saya percaya kebiasaan dan budaya yang saya saksikan ini merata di seluruh Patani, dan mungkin sebagian negara Thailand. Bila kita hendak makan di warung, kafe ataupun restoran, maka pertama sekali yang akan disajikan adalah gelas yang  berisi es batu.  Gelas dan es batu itu yang kemudian diisi air putih untuk minuman saat kita makan, dan itu adalah gratis.

Walaupun daerah Patani masih berstatus wilayah konflik, dengan pos tentara dan polisi yang merata di setiap simpang dan  jalan untuk mengamankan daerah dari  pejuang kemerdekaan Patani yang menebar ancaman dan serangan bom, masyarakat Patani masih kukuh dengan budaya berkumpul, makan dan minum bersama di kedai ataupun rumah-rumah makan. Mereka seakan tidak peduli dengan status wilayahnya saat ini. 

Sajian es batu dalam gelas itu saya temui di semua rumah makan yang saya singgahi, baik itu di Provinsi Patani, Yala, dan Narathiwat. Setiap rumah makan di Patani memiliki satu fiber es yang besar. Sekalipun musim hujan mobil es kristal akan selalu tetap datang mengantar es ke semua warung dan rumah makan langganannya. Saya tidak pernah melihat orang Patani, khususnya mahasiswa dan dosen yang makan di warung tanpa minum pakai air es batu, kecuali mereka yang memiliki masalah kesehatan dengan minuman dingin.

Doyannya minum es batu rakyat Patani juga bisa dilihat saat mereka membeli cha kiyao (teh hijau), cha mano (teh jeruk nipis), yang dibungkus gelas plastik dan selalu pakai es batu. Dan  yang anehnya lagi saat 2-3 kali membeli cha kiao saya perhatikan es batu yang dimasukkan dalam gelas plastik 2/3 jumlahnya dan sisanya 1/3 lagi adalah cha kiaonya. Dan ini juga berlaku bagi minuman jus. Saya juga pernah minum jus buah di salah satu kedai.  Jusnya sangat sedikit dan esnya sangat banyak. Lalu saya mengerutu dalam hati, “ini jual jus atau jual es”.

Ternyata setelah saya amati, kebiasaan minum es batu ini bukan saja dipraktikkan  di rumah makan dan warung-warung, tetapi juga di pesta walimah, atau kenduri syukuran. Saat beberapa kali saya hadir ke undangan pesta pernikahan, minuman dengan es batu selalu tersedia dan menjadi minuman favorit semua para undangan.

Saya berkesimpulan bahwa  jika makan dan minum bersama di Patani, maka es itu harus ada. Fakta lainnya yang menyatakan bahwa masyarakat Patani suka es batu adalah kelaziman setiap warung dan kedai kelontong menyediakan es batu/ kristal untuk dijual. Jadi jangan heran, bila suatu saat berkunjung ke sana, Anda selau disuguhi minuman berisi es, karena minum di Patani berarti minum pakai es.    

Tinggalkan balasan!