Balai Bahasa Provinsi Aceh

logo tut wuri handayani kemendikbud

Balai Bahasa Provinsi Aceh

Pukul tiga dini hari. Satu piring rendang, satu piring semur daging, satu mangkuk sup, dan satu stoples kerupuk udang sudah terhidang di atas meja makan. Bu Dar menguap beberapa kali. Sejak pukul setengah tiga tadi Bu Dar sudah bangun dari tidurnya. Sahur pertama di bulan puasa ini dan sahur di hari-hari selanjutnya ia tidak ingin terlambat bangun untuk makan sahur.

Semua masakan sudah disiapkannya sejak siang tadi. Ia hanya perlu memanasinya saja. Hari ini imsak pukul lima lewat satu menit. Seisi rumahnya selain dirinya belum ada yang bangun tidur. Suami dan ketiga anaknya masih tertidur pulas. Bu Dar melihat ke arah jam dinding, jarum jam penunjuk waktu sudah mengarah ke pukul empat lewat sepuluh menit.

“Nanti saja aku membangunkan mereka, dua puluh menit lagi,” gumam Bu Dar.

Kini Bu Dar sedang mencuci piring kotor. Setelah menyusun piring di rak, ia juga membersihkan kompor. Setelah itu ia duduk di kursi meja makan. Ia mengambil ponselnya. Ia melihat ada beberapa pesan yang masuk di whatsapp. Ucapan selamat menyambut bulan puasa dari kenalan-kenalan dan kerabat-kerabatnya. Bu Dar membalas ucapan-ucapan tersebut. Kemudian ia menguap beberapa kali. Jarum jam terus berputar.

“Allahu Akbar…Allahu Akbar…” kumandang azan subuh terdengar dari masjid yang berada tak jauh dari rumah Bu Dar.

Suara azan subuh membangunkan Bu Dar dari tidurnya. Ia tertidur di kursi dengan kepala berada di atas meja makan.

“Astaghfirullahaladzim,” ucap Bu Dar.

Ia melihat ke arah jam dinding. Pukul lima lewat sebelas menit. Rendang, semur daging, dan semangkuk sup masih terhidang di atas meja. Sekarang ia akan membangunkan suami dan ketiga anaknya untuk salat subuh.

Kampung di Tepi Sungai, Jumat, 24 April 2020.

Tentang penulis

Tinggalkan balasan!