Pusat Pengembangan dan Pelindungan (Pusbanglin) Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengadakan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Asal-Usul Bahasa Indonesia tanggal 4–5 Desember bertempat di Hotel Novotel, Jakarta.
Acara tersebut bertujuan untuk menghimpun dan membahas berbagai pandangan dan hasil-hasil kajian terbaru tentang asal-usul bahasa Melayu sebagai akar bahasa Indonesia. DKT ini diharapkan dapat merintis pandangan yang lebih meyakinkan tentang akar pertumbuhan bahasa Indonesia serta meminimalisasi silang pendapat dan saling klaim antar daerah.
Empat daerah yang secara tradisional dianggap memiliki sejarah panjang bahasa Melayu secara khusus diundang untuk mengikuti DKT ini melalui Balai/Kantor Bahasa setempat. Keempatnya adalah Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan Provinsi Kepulauan Riau.
Balai Bahasa Provinsi Aceh memercayakan Prof. Drs. Yusny Saby, Ph.D (mewakili akademisi), dan Nabhany AS (mewakili budayawan) untuk mengikuti acara dimaksud setelah mempertimbangkan kompetensi dan dedikasi mereka dalam sejarah dan budaya Melayu Aceh. Keduanya didampingi oleh Kepala Balai Bahasa Aceh, Karyono, S.Pd., M.Hum.
Dalam DKT tersebut, Prof. Yusny menyampaikan materi tentang jejak ahasa Indonesia dari Aceh ditinjau secara akademis. Sedangkan Nabhany berbicara tentang jejak bahasa Indonesia dari Aceh ditinjau dari segi sosial budaya. Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Aceh, Karyono, S.Pd., M.Hum. mengulas materi tentang penguatan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Aceh.
Dalam daftar narasumber yang diperoleh redaksi, selain para peserta dari empat Balai/Kantor Bahasa, Pusbanglin juga juga mengundang tiga orang pembahas dari kalangan akademisi. Ketiganya adalah Tommy Christommy, Ph.D. (Universitas Indonesia), Prof. Dr. Oman Faturahman (UIN Syarif Hidayatullah), dan Dr. Mu’jizah (Balitbang Kementererian Agama).
Kepalai Balai Bahasa Provinsi Aceh menyampaikan bahwa DKT tersebut cukup konstruktif dan berhasil menjembatani beberapa silang pendapat tentang sejarah pertumbuhan dan perkembangan bahasa Melayu/Indonesia. Ia menambahkan berdasarkan isu-isu yang berkembang selama DKT, bahwa Badan Bahasa telah memprogramkan penelitian kolaborasi berskala nasional untuk mengkaji lebih dalam tentang seluk-beluk sejarah bahasa Indonesia.