“Ngeoooong, meeeoooong, ngeoooong,” seekor kucing kurus, sangat kurus, tonjolan tulang belakangnya tampak mencuat menandakan ia berada dalam keadaan malnutrisi. Ia berdiri di hadapan seorang perempuan berpakaian terusan coklat muda. Perempuan cantik dengan alis tebal dan sepasang mata dengan bulu mata lentik sedang asik menyantap seporsi nasi dengan ayam goreng dan semangkok sup. Kucing itu memandangi suapan demi suapan yang masuk ke dalam mulut perempuan itu. Semenit, dua menit, hingga beberapa menit.

Ilustrasi kucing lapar


Si kucing kembali mengeong setelah kehadirannya tak digubris oleh perempuan itu. Pandangan matanya sayu dengan setitik harap mengiba sedikit makanan untuknya. Bola matanya yang kuning kehijauan bagai berkaca-kaca menyimpan pengharapan untuk mengisi perutnya yang semakin menipis dari hari ke hari karena tiada makanan yang didapatnya untuk sekadar pengganjal perut.


“Hus, hus pergi sana!” hardik perempuan itu dengan memelototkan pandang matanya. Kaki kiri dan tangan kirinya ia tepiskan ke arah si kucing.


Kucing itu mengangkat kedua kaki depannya. Ia berdiri dengan bertumpu pada keempat kakinya. Ia mengangkat kaki kanannya bagian depan. Ia julurkan dengan pelan ke arah kaki perempuan itu.


“Kamu mau apa? Kamu mau meminta makan? Ini makananku. Aku membelinya dengan uangku sendiri. Susah payah aku mencari uang. Seenaknya Kamu meminta makanan dariku. Pergi Kamu jauh-jauh dari hadapanku! Kamu pergilah mencari makan di tempat sampah!” perempuan itu kembali menyemburkan kata-kata pedasnya.


Kucing itu mengeong pelan, pelan sekali. Kemudian ia membalikkan badannya dan ia pergi membawa tubuhnya yang semakin menipis menahan perih di perutnya.


Seorang laki-laki di rumah makan yang sama sedang bersama temannya sedang asik menikmati nasi soto dan daging goreng. Lahap sekali mereka makan.


Si kucing dekil dengan bulu-bulunya yang kusam, mencoba mendekat ke arah si laki-laki itu. Ia mengeong pelan. Laki-laki itu tak peduli. Ia masih makan dengan lahapnya sambil menggigit sepotong daging goreng dengan nikmatnya.


Si kucing mencoba mengeraskan suaranya. “Meong, meeeooong, ngeeeooong,” nyaring suaranya.
Akan tetapi, laki-laki itu dan temannya bagai tidak mendengar suaranya.


“Hus, hus,” laki-laki itu mengangkat kaki kirinya ke arah si kucing. Suaranya yang besar mengagetkan si kucing. Ia berlari menjauh.


Langkah kaki si kucing semakin gontai. Ia keluar dari rumah makan. Banyak orang yang makan di sana, tetapi tidak seorang pun mau berbelas kasih untuknya.


Ia berjalan menuju ke jalan raya yang dipenuhi dengan kendaraan yang padat. Si kucing berjalan terseok-seok ke arah tong sampah. Bau busuk menerpa di indra penciumannya. Si kucing mengais-ngais sampah kertas pembungkus nasi, ia berharap ada sedikit makanan pengisi perutnya. Akan tetapi, tidak ada sedikit makanan pun yang ia dapatkan dari tempat sampah itu. Tubuhnya yang kurus kini berbau sampah. Ia kembali berjalan.


Langkah si kucing semakin melemah. Ia berharap ada orang yang berbaik hati kepadanya.


“Meong, meong, kucing kemarilah!” si kucing terkejut mendengar suara itu. Suara yang menyapanya dengan ramah. Si kucing menoleh ke arah si pemilik suara.


Si pemilik suara adalah seorang perempuan berpakaian lusuh. Wajahnya sederhana. Wajah sederhana yang menentramkan hati ketika di pandang. Ia duduk di bawah pohon rindang berdaun rimbun di taman yang berada di tepi jalan. Ia bersama seorang laki-laki yang juga berpakaian sama lusuhnya. Mereka sedang menikmati satu bungkus nasi. Satu bungkus nasi yang mereka makan bersama-sama. Ada tumpukan kardus dan kumpulan rongsokan hasil bekerja mereka hari ini. Sedikit uang yang mereka punya, mereka gunakan untuk membeli nasi pengganjal perut di siang hari.


Si kucing mendekat ke arah mereka. Nasi beserta ikan diberikan untuknya oleh perempuan dan laki-laki itu, suami istri pemulung itu. Si kucing makan dengan lahap. Bahagia memenuhi hatinya. Ketika perempuan dan laki-laki itu pulang, si kucing mengikuti langkah-langkah mereka dari belakang. Mereka mengajak si kucing tinggal di rumah mereka. Bahagia memenuhi hati si kucing yang akan tinggal di rumah sangat sederhana bersama dua kucing lainnya yang sudah terlebih dahulu berada di sana.


Jumat, 24 September 2021.

Tinggalkan balasan!