Penggunaan afiks meng- dan peng- adalah sebuah konsep yang perlu dipahami dengan benar. Khususnya, seorang pengajar bahasa Indonesia wajib menguasainya. Jika tidak, konsep yang akan disampaikan kepada pemelajar akan salah. Contoh kasus, di lapangan, banyak ditemukan pemelajar belum (tidak) memahami konsep ini. Akibat dari ketidakpahaman ini adalah tidak dapat membedakan, salah satu contoh, antara kata peninju dan petinju yang merupakan bentuk turunan dari bentuk dasar tinju.
Selama ini, materi yang diajarkan kepada pemelajar adalah kata berawalan dengan fonem /k/, /t/, /s/, /p/ akan (selalu) luluh apabila dirangkaikan dengan afiks meng- dan peng-. Oleh sebab itu, bentuk dasar tinju akan menjadi peninju apabila dirangkaikan dengan afiks peng- dan akan menjadi meninju apabila dirangkaikan dengan afiks meng-. Padahal, pada contoh petinju, tidak berlaku aturan tersebut. Konsep seperti inilah yang harus diperjelas kepada pemelajar. Untuk itu, pada seri penyuluhan ini, akan dibicarakan bagaimana penggunaan afiks meng- da peng- yang tepat.
Afiks meng- dan peng- merupakan dua afiks yang berbeda. Meng– merupakan afiks pembentuk verba (V) dan peng- merupakan afiks pembentuk nomina (N), seperti yang diperlihatkan pada contoh berikut.
Bentuk dasar curi (V) + meng- menjadi mencuri (V)
curi (V) + peng- menjadi pencuri (N)
Bentuk dasar curi berkelas kata verba. Bentuk tersebut selanjutnya dirangkaikan dengan afiks meng- dan peng-. Hasil dari penggabungan dengan afiks meng- adalah mencuri, berkelas kata verba. Perubahan bentuk ini tidak mengubah kelas kata dari bentuk dasar. Sementara pada hasil penggabungan dengan afiks peng- adalah pencuri, berkelas kata nomina. Perubahan ini tidak hanya mengubah bentuk, tetapi juga mengubah kelas kata dari bentuk dasar, yaitu verba ke nomina.
Meskipun fungsi kedua afiks tersebut berbeda, keduanya memiliki persamaan pada afiksasi. Kedua afiks tersebut merupakan bentuk morf dengan memiliki alomorf sebagai berikut.
morf alomof
meng- me-, men-, mem-, meng-, menge, dan meny-
peng- pe-, pen-, pem-, peng-, penge-, dan peny-
Semua alomorf dimunculkan tergantung pada bentuk dasar yang hadir. Berikut salah satu contoh afiksasi meng- dan peng-.
me- / pe- muncul ketika bentuk dasar diawali /r/, raba menjadi meraba / peraba
men- / pen- muncul ketika bentuk dasar diawali /d/, dapat menjadi mendapat / pendapat
mem- / pem- muncul ketika bentuk dasar diawali /b/, bagi menjadi membagi / pembagi
meng- / peng- muncul ketika bentuk dasar diawali /g/, goreng menjadi menggoreng / penggoreng
menge- / penge- muncul ketika bentuk dasar bersuku satu, bor menjadi mengebor / pengebor
meny- / peny- muncul ketika bentuk dasar diawali /s/, sapu menjadi menyapu / penyapu
Pada contoh menyapu dan penyapu yang berasal dari bentuk dasar sapu, fonem /s/ mengalami peluluhan. Dengan demikian, fungsi lain dari afiks meng- dan peng- dapat meluluhkan fonem /s/. Di samping fonem /s/, terdapat tiga fonem lain yang luluh, yaitu /k/, /t/, dan /p/. Ketiga fonem tersebut diperlihatkan pada contoh berikut.
meng- / peng- + kuras : menguras / penguras
tebas : menebas / penebas
potong : memotong / pemotong
Peluluhan keempat fonem di atas tidak berlaku pada bentuk dasar dengan gugus konsonan /pr/, /st/, /sk/, /tr/, /sp/, /kr/, dan /kl/, kecuali fonem /p/ apabila dirangkaikan dengan afiks peng-. Untuk contohnya, diberikan berikut ini.
meng- / peng- + protes : memprotes / pemrotes
stok : menstok / penstok
skor : menskor / penskor
traktir : mentraktir / pentraktir
sponsor : mensponsor+i / pensponsor
Gambaran di atas adalah afiksasi bentuk dasar dengan afiks meng- dan peng-. Selanjutnya, bagaimana dengan contoh petinju? Untuk membicarakan pembentukan kata petinju, perlu kita melihat paradigma pembentukan kata berafiks. Terdapat dua jenis paradigma pembentukan kata berafiks. Kedua paradigma tersebut adalah paradigma berafiks meng- dan paradigma berafiks ber-.
- Paradigma pertama adalah paradigma berafiks meng-. Pembentukannya adalah sebagai berikut.
(meng-) – tinju – meninju – peninju – peninjuan – tinjauan
Paradigma di atas memperlihatkan bahwa peluluhan fonem terjadi setelah dirangkaikan dengan afiks meng- dan peng-. Fonem /t/ pada kata tinju luluh seperti yang pada bentuk meninju, peninju, dan peninjuan. Afiksasi meninju dibentuk dari meng- + tinju, afiksasi peninju dibentuk dari peng-+ tinju-, begitu juga peninjuan yang merupakan afiksasi dengan tambahan sufiks -an dibentuk dari meng-+ tinju + -an. Kemudian, bentuk berafiks meninju mengacu pada tindakan, peninju mengacu pada pelaku atau alat, peninjuan mengacu pada proses, dan tinjuan mengacu pada hasil. Beberapa contoh lain adalah sebagai berikut.
(meng-) – ubah – mengubah – pengubah – pengubahan – ubahan
ajar – mengajar – pengajar – pengajaran – ajaran
- Paradigma kedua adalah paradigma berafiks ber-. Pembentukannya adalah sebagai berikut.
(ber-) – tinju – bertinju – petinju – pertinjuan
Paradigma kedua ini memperlihatkan tidak adanya peluluhan fonem pada bentuk dasar tinju. Afiks yang muncul adalah per-, bukan peng- sehingga bentuk turunan menjadi petinju setelah mengalami afiksasi per- + tinju. Kemudian, bentuk berafiks bertinju mengacu tindakan, petinju mengacu pada pelaku atau alat, dan pertinjuan mengacu pada hal, keadaan, atau tempat dibentuk dari verba bertinju. Beberapa contoh lain adalah sebagai berikut.
(ber-) – ubah – berubah – peubah – perubahan
Ajar – belajar – pelajar – pelajaran
Kedua paradigma di atas menunjukkan perbedaan afiksasi. Paradigma pertama, pada kata peninju, afiks yang dimunculkan adalah peng-, yang selanjutnya memiliki alomorf pen-. Ketika bertemu dengan bentuk dasar tinju, fonem /t/ luluh. Paradigma kedua, pada kata petinju, afiks yang dimunculkan adalah per-, yang selanjutnya memiliki alomorf pe-. Ketika bertemu dengan bentuk dasar tinju, fonem /t/ tidak luluh.
Sekian, seri penyuluhan 1 ini. Sampai bertemu di seri penyuluhan berikutnya.
Oleh:
Safrizal, S.Pd.,M.Hum.
Penyuluh Bahasa Indonesia
Pemilik akun IG @suluhbahasa.id