
Pada 29—30 Maret 2022, Tim Pencarian Data Penerjemahan Cerita Rakyat berkunjung ke Kabupaten Pidie untuk bertemu narasumber cerita rakyat berbahasa daerah di Ruang Rapat Sekolah Sukma Bangsa Pidie di Peukan Baro. Sasaran cerita rakyat yang dicari adalah cerita rakyat berbahasa Aceh.
Pada pertemuan ini, terdapat tiga narasumber yang ditemui. Narasumber pertama adalah Musmarwan, seorang novelis. Ia berasal dari Gampong Aron Asam Kumbang, Kecamatan Kembang Tanjong. Musmarwan bercerita tentang kupiah riman yaitu kopiah khas yang terbuat dari serat pelepah pohon aren. Berlatar sebuah desa pengrajin kupiah riman bernama Adan dan alur cerita tentang proses pembuatannya. Cerita berawal dari keingintahuan seorang anak pada kegiatan merajut kopiah yang dilakukan sang nenek. Lalu, nenek mengajak cucunya melihat proses pembuatan kupiah riman, dari mencari pelepah pohon aren, menarik benang serabut satu per satu, sampai menjahit atau merajut serabut tadi menjadi kopiah. Dari ceritanya diketahui bahwa proses pembuatan kupiah riman terbilang panjang dan sulit sehingga wajar harganya menjadi relatif mahal.
Selanjutnya tim mendengar cerita tentang peuneurah pliek yang disampaikan oleh narasumber kedua, Khatami. Selain mendengarkan cerita, tim juga dipertontonkan video pembuatan pliek u menggunakan peuneruah. Di samping itu, Khatami tidak hanya pandai bersastra, tetapi juga lihai menggambar hingga Khatami dapat menunjukkan detail-detail kebutuhan pada proses membuat pliek u. Salah satu gambarnya adalah klah, yaitu wadah berupa sulaman bambu halus yang dipakai untuk memasukkan kelapa parut sehingga dapat dijepit oleh peuneurah dalam pembuatan pliek u.
Narasumber terakhir yang tim temui adalah seorang pemuda dengan nama panggilan Rio. Ia bercerita tentang kue apam. Kue ini khas di Pidie. Bahkan, setiap tahun di Pidie dilaksanakan masak-memasak apam yang dikenal khanduri apam, diadakan pada buleun apam atau bulan syakban sebagai bentuk tradisi atau budaya masyarakat.
Sore itu, 30 Maret 2022, meskipun hujan mulai membasahi tanah Pidie, tim tetap bekerja mengumpulkan data di lapangan. Setelah data diperoleh, tim bergegas kembali ke kota asal untuk mengolah data dan menyusun menjadi cerita rakyat yang dibukukan.