Rendang Versi Lain

Rendang berwarna kecoklatan yang berada dalam wajan tampak begitu menggoda. Aida melihat si pembuat rendang mengaduk-ngaduk masakannya dengan mantap. Potongan rendang yang besar-besar itu membuat Aida ngiler. Ia ingin mencoba resep rendang yang dilihatnya di kanal youtube untuk menu makan siang nanti bersama keluarganya.


Ilustrasi Rendang

Tadi pagi-pagi sekali bersama ibu,  ia sudah pergi ke pasar untuk membeli dua kilogram daging, santan, cabai merah, bawang merah, bawang putih, dan bumbu lainnya yang akan digunakannya untuk memasak rendang.


          “Jadi nih Kak memasak rendangnya?” Faiz, adik bungsunya yang bersekolah di SMP menyapanya ketika ia sedang menuangkan bumbu dan santan ke dalam daging yang akan dimasak menjadi rendang.


          “Jadi dong, lihat saja nanti hasilnya,” Aida sangat yakin hasil masakannya akan enak sama persis seperti hasil masakan yang ditontonnya di kanal youtube.


          “Memangnya Kakak bisa memasak? Aku tidak yakin Kakak bisa memasak. Biasanya ibu yang memasak dan Kakak tidak mau membantunya memasak,”


          Ucapan Faiz disambut Aida dengan mendelikkan matanya ke arah Faiz yang tampak tersenyum-senyum saja menyaksikan Aida yang mulai memasak rendang. Tadi ibu sudah mengingatkan Aida untuk memasak satu kilogram daging saja untuk diolah menjadi rendang karena Aida belum mahir memasak. Akan tetapi, Aida sangat yakin, ia akan berhasil memasak rendang.   Sekarang ia sedang Ia menuangkan segenggam garam ke dalam rendang.


          “Kok, sepertinya garamnya masih kurang ya,” gumam Aida. Kemudian ia kembali menuangkan beberapa genggam garam lagi ke dalam masakannya. Beberapa jam kemudian harum rendang menguar ke seluruh penjuru rumah.


          “Kayaknya ini enak rendangnya,” ujar ayah yang baru masuk ke dapur. Ayah baru saja pulang bersama ibu untuk membeli barang-barang keperluan sehari-hari.


          “Tiap hari begini asik juga. Ibu tidak perlu repot-repot memasak,” ujar ibu sambil tersenyum ke arah Aida yang sedang menuangkan hasil masakannya ke dalam mangkuk besar. Aida menanggapi perkataan ibunya dengan senyumnya.


          Ketika waktu makan siang tiba, Faiz tidak sabar lagi untuk memakan rendang yang dimasak Aida. Ia mengunyahnya dengan lahap.


          “Bagaimana, rasanya?” tanya Aida segera. Ia ingin segera mengetahui tanggapan Faiz mengenai rendang yang dimasaknya.


          “Mmmmmhhh, rasanya asin banget,” Faiz berteriak kencang. Ayah dan ibu tersenyum-senyum melihat kelakuannya yang melelet-leletkan lidahnya seperti orang kepedasan. Aida tersenyum malu. Rendang yang dimasaknya gagal menjadi menu makan siang hari ini.


          “Terus apa lauk untuk makan siang ini?” tanya Faiz kecewa karena siang ini ia tidak dapat menyantap rendang.


          “Ibu akan memasak mi instan rasa rendang,” ujar ibu. yang disambut senyum seluruh anggota keluarga. Mereka tetap makan rendang dalam versi yang berbeda.


Tinggalkan balasan!