
Putri Ungu sedang memetik wortel, kentang, buncis, kol, bawang merah, bawang daun, dan seledri di kebun sayur yang berada di halaman rumahnya. Ia hendak memasak sup. Udara pagi ini begitu sejuk dan segar. Putri Ungu memandangi kebun sayurnya yang subur menghijau dengan wajah berseri-seri. Ketika sedang seru-serunya ia memetik sayur-sayuran, lewatlah Putri Noli yang membawa sekeranjang telur ayam. Wajahnya tampak cemberut.
“Hai, Putri Noli, apa kabarmu?” sapa Putri Ungu.
“Kabar baik,” sahut Putri Noli ketus. Wajahnya memberengut.
“Mari mampirlah ke kebunku! Sebentar lagi ibuku akan menghidangkan teh melati, bolu coklat, dan biskuit selai stroberi,”
“Aku tidak mau mampir ke kebunmu. Aku harus segera mengantarkan telur-telur ini ke toko Bu Yayam,” sahut Putri Noli tanpa menoleh ke arah Putri Ungu. Ia merasa iri kepada Putri Ungu yang selalu ceria dan tampak gembira. Ia tampak begitu bahagia mengurusi kebun sayurnya. Berbeda dengan dirinya yang setiap hari harus mengurus ayam-ayamnya seperti memberikan makan dan membersihkan kandang mereka. Di samping itu, ia harus bangun pagi untuk mengambil telur ayam kemudian membawanya ke toko telur Bu Yayam untuk dijual. Itu membuatnya kesal.
“Kalau begitu, setelah Kau kembali dari toko telur Bu Yayam, mampirlah ke rumahku! Aku akan memasak sup. Aku akan mengajakmu untuk memasaknya bersama-sama lalu kita dapat makan bersama,”
“Aku sudah mengatakan sejak tadi, aku tidak mau mampir ke kebunmu,” sahut Putri Noli sambil terus melangkahkan kakinya hingga ia sampai di toko telur Bu Yayam.
“Apa kabarmu Putri Noli?” sapa Bu Yayam dengan ramah. Pagi-pagi sekali toko telurnya sudah buka. Pembeli-pembeli sudah berdatangan untuk membeli telur ayam. Mereka senang membeli telur ayam di toko Bu Yayam karena kualitas telurnya bagus. Selain itu, mereka juga senang dilayani oleh Bu Yayam yang ramah.
“Apa kabarmu Putri Noli?”
“Baik,” sahut Putri Noli ketus dan tanpa tersenyum ketika Bu Yayam menyapanya. Ia merasa kesal melihat Bu Yayam yang juga ceria dan sering tersenyum. Padahal ia mengetahui Bu Yayam juga pasti capek melayani pembeli-pembeli telur di tokonya. Akan tetapi, ia masih tetap ceria. Setelah Putri Noli menerima uang hasil penjualan telur ayam, ia membalikkan badannya, ia hendak pulang.
“Putri Noli, tunggulah sebentar! Aku memiliki sepotong bolu keju dan segelas susu coklat. Kau tentu belum sarapan. Tunggulah di sini!”
Bu Yayam pergi ke belakang untuk mengambil bolu keju dan susu coklat untuk Putri Noli. Putri Noli memakan bolu keju dan telur yang disajikan Bu Yayam untuknya.
“Terima kasih Bu Yayam,” ucap Putri Noli sambil tersenyum. Ia memakan bolu keju dan meminum susu coklat yang dihidangkan Bu Yayam, rasanya enak.
Sebelum pulang, Putri Noli membantu Bu Yayam menyiapkan telur-telur yang dibeli oleh pembeli. Ia merasa senang. Kemudian ia berjalan pulang menuju ke rumahnya. Ketika berjalan pulang, ia kembali melewati kebun sayur Putri Ungu.
“Putri Noli, mampirlah! Aku sudah selesai memasak sup. Marilah kita makan bersama!” ajak Putri Ungu.
“Baiklah, aku akan mampir,” sahut Putri Noli. Senyum mulai hadir di wajahnya. Apalagi ketika ia melihat kebun Putri Ungu yang begitu indah dipenuhi rimbun sayur-sayuran, ia merasa senang dan gembira. Sekarang ia mengetahui bahwa Putri Ungu juga lelah mengurusi kebunnya, tetapi ia masih terlihat ceria dan banyak tersenyum.
“Sup masakanmu, enak,” ujar Putri Noli. Sup yang dimasak Putri Ungu terasa begitu lezat. Sayurannya baru dipetik dari kebun.
Selesai makan sup, Putri Ungu mengajak Putri Noli melihat-lihat sayur-sayuran di kebunnya. Putri Noli merasa senang menikmati sejuknya udara di kebun sayur Putri Ungu.
Nurhaida
Banda Aceh, Senin s.d. Selasa, 5 s.d. 6 September 2022