Jangan Dihabiskan Bakwannya!

          “Enak banget bakwannya. Apalagi ada udang di atasnya,” Nania mengambil satu potong bakwan dan memakannya dengan lahap. Rasanya gurih. Apalagi ada cabai rawit yang membuat bakwan yang dimakannya menjadi semakin enak.

Ilustrasi Bakwan
Ilustrasi Bakwan

          “Setiap orang masing-masing mendapat jatah satu potong bakwan, tidak boleh lebih. Tepung terigu di rumah sedang habis, hanya cukup untuk membuat empat potong bakwan. Sisakan bakwannya untuk adik-adikmu!” pesan mama kepada Nania sebelum mama pergi arisan di sore hari bersama teman-teman kantornya.

          Nania ingat pesan yang disampaikan tadi oleh mama. Akan tetapi, ketika ia melihat di atas piring masih ada dua potong bakwan, ia ingin memakan satu potong bakwan lagi. Meskipun Nania mengetahui bakwan yang dua potong itu untuk dua orang adiknya, Hania dan Hafin. Saat ini mereka sedang mengikuti les. Namun, perutnya masih terasa lapar setelah ia pulang berlatih voli sepulang sekolah bersama teman-temannya.

          “Mama sih sedikit sekali membuat bakwannya,” gumam Nania. Ia pun mengambil sepotong bakwan lagi dan memakannya. Lalu Nania memandangi sepotong bakwan lagi yang dibuat mamanya. Dua potong bakwan yang sudah dimakannya, rasanya benar-benar enak.

“Tanggung kalau disisakan sepotong,”

Lalu diambilnya satu potong bakwan lagi. Nania berpikir, kedua adiknya, Hania dan Hafin dapat membeli makanan lain. Lagipula di tempat  mereka les, ada banyak makanan yang rasanya enak-enak. Makanan itu dapat mereka beli dengan uang jajan yang diberikan mama dan papa.

          Bakwan tiga potong itu dihabiskan oleh Nania. Sambil menunggu mama serta dua adiknya pulang, Nania menonton film animasi kesukaannya. Papa sedang berada di luar kota untuk bekerja.

          Pukul 17.30, adik-adiknya pulang dari les. Setelah mereka mandi dan mengganti pakaian, mereka menemui Nania yang berada di ruang tengah.

          “Kak Nania, kami membawa pulang dua bungkus tahu goreng. Ayo kita makan bersama, Kak!” ajak Hafin, adik laki-lakinya yang merupakan kembaran dari adik perempuannya, Hania.

          “Iya, enak nih ada tahu goreng,” ujar Nania membayangkan kelezatan tahu goreng yang dicampur selada, kentang kukus, taoge, daun seledri, ditambah siraman bumbu kacang serta taburan bawang goreng.

          “Bakwannya tolong bawa kemari saja Kak! Aku akan mengambil piring dan sendok,” ujar Hafin.

          “Bakwan?” Nania bingung harus mengatakan apa. Mengapa adik-adiknya mengetahui bahwa di rumah ada bakwan? Padahal Nania belum mengatakannya

          “Iya, Kak, bakwan. Tadi mama menelepon kami. Ada dua potong bakwan lagi untuk kami. Kita makan bersama-sama saja. Bakwan itu dapat kita iris-iris, lalu kita campur dengan tahu goreng. Rasanya akan semakin sedap,” kata Hania. Ia yang tidak mengetahui bahwa bakwannya sudah habis.

          Nania tersenyum malu. Ia sudah menghabiskan dua potong bakwan yang disimpan mama untuk adik-adiknya. Sekarang ia harus bagaimana?

          “Hafin, Hania, Kak Nania meminta maaf ya kepada kalian karena Kakak sudah menghabiskan bakwan untuk kalian,”

          “Yah Kakak, mengapa Kakak menghabiskan untuk kami,” Hafin tampak kecewa mendengar ucapan Nania. Ia pun ingin makan bakwan yang dibuat mama.

          “Maafkan Kakak ya! Kakak akan membeli bahan-bahan untuk membuat bakwan dengan uang jajan Kakak. Kita akan membuatnya bersama-sama di waktu yang lain,”

          “Ya, Kak, Kakak dimaafkan. Sore ini kita makan tahu goreng bersama. Kita juga akan menyimpannya satu piring untuk mama,” ujar Hafin.

          “Baiklah,” ujar Nania dan Hania secara bersamaan.  

Nurhaida

Banda Aceh, Senin s.d. Selasa, 12 s.d. 13 September 2022.

Tinggalkan balasan!