Takengon – Sebanyak 108 pelajar dari Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues berpartisipasi dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Aceh. Festival ini, diselenggarakan oleh Balai Bahasa selama tiga hari mulai 20–23 November 2023 di Hotel Parkside, Takengon, Aceh Tengah. Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Drs. Umar Solikhan, M.Hum., menyatakan bahwa kepunahan bahasa daerah merupakan ancaman yang semakin kuat, dengan data UNESCO menunjukkan bahwa dalam 30 tahun terakhir, 200 bahasa di dunia telah punah.
Pj. Bupati Aceh Tengah, Ir. T. Mirzuan, M.T., membuka FTBI tingkat provinsi Aceh dengan harapan bahwa peserta semakin mencintai bahasa Gayo. Dia menekankan pentingnya melestariakan bahasa daerah, seiring dengan pembelajaran bahasa gaul dan bahasa Inggris. Festival ini juga dimasukkan dalam Manajemen Talenta Nasional (MTN) Kemendikbud, memberikan peluang pada para juara untuk pengembangan talenta tingkat nasional.
Bapak Umar Solikhan mengungkapkan bahwa di Indonesia sendiri terdapat 718 bahasa daerah yang sudah terverifikasi oleh Badan Bahasa, namun banyak di antaranya dalam kondisi terancam punah dan kritis. Ancaman ini disebabkan oleh ketidakmampuan penutur jati (penutur yang menggunakan bahasa ibu) untuk mewariskan bahasanya kepada generasi berikutnya.
Menurutnya, bahasa bukan hanya sekumpulan kata atau kaidah tata bahasa, tetapi juga merupakan khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan. Kepunahan bahasa berarti kehilangan kekayaan batin para penuturnya. Umar menjelaskan bahwa distribusi bahasa di Indonesia menghadapi tantangan, dengan wilayah Barat Indonesia memiliki sedikit bahasa daerah namun jumlah penduduk yang padat, sedangkan di wilayah Timur, jumlah bahasa daerah banyak namun jumlah penduduk sedikit.
Berbagai tantangan dalam perlindungan bahasa daerah melibatkan sikap bahasa penutur jati, migrasi atau mobilitas sosial tinggi, perkawinan campuran atau antar etnis, dan globalisasi yang mengarah ke monolingualisme. Untuk menjaga kepunahan, dilakukan program revitalisasi bahasa daerah dengan fokus pada anak SD-SMP sebagai sasaran prioritas. Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) bertujuan untuk menggelorakan penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan jumlah penutur muda bahasa daerah, dan melestarikan keberagaman komunikasi.
FTBI tingkat Provinsi Aceh ini memiliki enam cabang perlombaan, termasuk lawakan tunggal/stand-up comedy, menulis dan membaca puisi, menulis cerita pendek, tembang tradisi, mendongeng, dan pidato. Peserta festival merupakan juara 1-3 di tingkat kabupaten masing-masing, dan para juara tingkat provinsi akan berkompetisi di tingkat nasional pada Februari 2024.
Bapak Umar Solikhan berharap bahwa melalui kegiatan revitalisasi bahasa, bahasa daerah Gayo dapat meningkatkan penutur aktif, menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah, serta menciptakan ruang kreativitas dan kemerdekaan untuk mempertahankan bahasa daerah. Festival ini diharapkan menjadi pemantik semangat generasi muda untuk melestarikan bahasa daerah dengan cara yang menyenangkan.
Dengan ketegasan perlindungan bahasa dan sastra sebagai prioritas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 2023, FTBI menjadi langkah nyata dalam mengatasi ancaman kepunahan bahasa daerah. Kegiatan ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga upaya bersama untuk merawat dan memperkaya warisan budaya lewat bahasa.